Selasa, 14 Oktober 2014

Percepatan Pembangunan Kabupaten Dataran Rendah dan Dataran Tinggi Menuju Masyarakat Maju dan Sejahtera

Pendahuluan

Pembangunan nasional pada waktu lalu masih bersifat umum dan menggunakan pendekatan sektoral, kurang memperhatikan kewilayahan sehingga program dan pengalokasian anggaran tidak mempertimbangkan karakteristik yang dimiliki daerah. Sehingga kebijakan pembangunan ini menimbulkan perbedaan tingkat kemajuan dan kesenjangan antar daerah yang mengakibatkan adanya ketimpangan sosial ekonomi dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Perbedaan tingkat kemajuan dan kesenjangan antar daerah memerlukan percepatan pembangunan. Percepatan pembangunan yang dimaksud adalah kesesuaian program dengan karakteristik dan kebutuhan daerah serta ketersediaan anggaran sehingga pembangunan dapat terjamin. Itu berarti ada percepatan pembangunan bahkan dengan adanya Undang-Undang Otonomi Daerah dan Otonomi Khusus, sesungguhnya telah memberikan ruang yang luas pada aspek kewenangan dan pendanaan untuk lebih leluasa bagi pemerintah daerah untuk mengelola penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan guna terwujudnya rasa aman dan sejahtera bagi masyarakat.

Lembah Baliem di Kabupaten Jayawijaya


Kabupaten Dataran Rendah adalah: Sorong, Sorong Selatan, Tambrauw, Maybrat, Fakfak, Manokwari, Manokwari Selatan, Kaimana, Pegunungan Arfak, Teluk Bintuni, Teluk Wondama, Nabire, Waropen, Sarmi, Mamberamo Raya, Jayapura, Keerom, Boven Digoel, Merauke, Mimika, Asmat dan Mappi. Kabupaten Dataran Tinggi adalah: Jayawijaya, Lanny Jaya, Intan Jaya, Puncak Jaya, Puncak, Tolikara, Mamberamo Tengah, Yalimo, Pegunungan Bintang, Nduga, Yahukimo, Dogiyai, Deiyai, dan Paniai.

Hutan di Kabupaten Tambrauw

Pada umumnya lahan tertutup hutan sehingga perlu usaha yang terus menerus dan terpadu membuka lahan pertanian dan perkebunan. Pulau Papua sekitar 80% hutan, tersimpan beraneka ragam potensi pertanian dan kehutanan yang  sangat kaya berasal dari keanekaragaman hayati, namun pemanfaatan keanekaragaman hayati berupa tumbuhan, belum dikembangkan, dilakukan penjelajahan dan penelitian lebih lanjut. Dataran Papua yang berupa dataran tinggi dan dataran rendah sangat mendukung berbagai macam komoditas pertanian selain itu potensi perkayuan, hasil hutan, dan perkebunan sangat besar mengingat luas hutan yang cukup besar beserta bentang alam serta kondisi geografis yang tropis yang sangat mendukung. Hasil pertanian utama Papua adalah tanaman perkebunan yaitu kakao, karet, kopi, pala, sagu dan buah merah sedangkan hasil hutannya berupa kayu dan selain itu tanaman hortikultura berupa sayur-mayur seperti kol, wortel, kentang, dan bawang putih, kedelai, umbi-umbian berupa singkong, talas dan ubi jalar selain itu ada komoditas pendukung yaitu padi sawah dan padi gogo. Aneka buah-buahan seperti durian, mangga, sukun, jambu, salak, nanas, cempedak, nangka, duku dan matoa mempunyai potensi besar untuk dikembangkan. Luas wilayah dan bentang alam yang bergunung dan curam menyebabkan Papua sangat sulit untuk dijelajahi, sehingga masih banyak daerah yang belum dijelajahi dan besar kemungkinan penemuan spesies tanaman baru yang berguna di bidang pangan, farmasi, serta bidang kehutanan. Wilayah Papua mendukung komoditas pertanian yang menghendaki iklim basah maupun kering.

Menurut Mamboai (2014) Penduduk Papua di perdesaan yang jumlahnya hampir 80% dari adalah petani peramu yang masih subsisten. Petani subsisten adalah petani yang hanya berusaha tani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sembilan puluh persen dari produksi pertaniannya masih diperuntukan bagi kebutuhan konsumsi keluarga, kurang atau lebih kecil dari sepuluh persen produksinya dijual untuk memenuhi kebutuhan konsumtif yang tidak dapat diproduksi sendiri oleh rumah tangga petani. Produksi pangan lokal yang dibudidayakan oleh masyarakat pada umumnya adalah ubi jalar, ubi kayu, pisang, dan beberapa jenis sayuran yang tidak membutuhkan tindakan agronomis intensif, sedangkan sagu sebagai tumbuhan alami, telah dimanfaatkan oleh generasi terdahulu untuk konsumsi keluarga.

Fakta di atas, adalah salah satu indikasi perlunya peran pemerintah daerah dalam membangunan pertanian dan perkebunan, kenyataan selama ini menunjukkan bahwa pembangunan pertanian dan perkebunan mengutamakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kurang diberi perhatian pada ketahanan pangan lokal masyarakat yang menjadi komoditas penting bagi setiap rumah tangga di daerah pedesaan. Investasi di sektor pertanian yang diyakini mampu mendongkrak PAD yang cukup tinggi tetapi telah mengorbankan lahan potensial yang dapat dimanfaatkan petani kecil. Oleh karena itu, pemerintah daerah wajib mengambil langkah-langkah strategis untuk menjamin ketahanan pangan lokal maupun membangunan pertanian berbasis potensi lokal secara berkelanjutan.

Langkah strategis itu, dapat ditempuh melalui 4 hal, yaitu: menyusun program pembangunan pertanian sesuai potensi sumberdaya lokal dan mengendalikan investasi perkebunan; mengurangi program beras miskin; wajib menggunakan pangan spesifik lokal; dan peningkatan nilai tambah produksi pertanian.

Pada dasarnya Tuhan menciptakan alam beserta isinya penuh dengan kelebihan dan keterbatasannya. Semua kekayaan yang ada di bumi dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pemahaman akan keterbatasan yang ada maka faktor pemimpin dan kepemimpinan sangat menentukan, merupakan unsur terpenting karena pemimpinlah yang mampu memotivasi dan membina berbagai potensi masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan kewenangan yang diberikan oleh negara bahwa kepala daerah mempunyai kewenangan untuk mengatur manusia dan alam serta keuangan negara yang berada di wilayahnya untuk mendatangkan kesejahteraan.

Pengertian

Percepatan pembangunan adalah suatu proses, upaya, dan tindakan keberpihakan dan pemberdayaan yang dilakukan secara terencana, terkoordinasi, dan terpadu untuk mengingkatkan kualitas masyarakat. Dapat dikatakan dengan bahasa sederhana bahwa percepatan pembangunan adalah upaya sadar untuk lebih mempercepat pembangunan daerah. Maju adalah menjadi lebih baik dan berkembang. Sejahtera adalah keadaan yang baik dimana manusia berada dalam keadaan sehat, makmur, aman dan damai.
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam serta pembesaran hewan ternak, meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Karena pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu tanah, meteorologi, teknik pertanian, biokimia, dan statistika juga dipelajari dalam pertanian. Usaha tani adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. "Petani" adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan". Pelaku budidaya hewan ternak secara khusus disebut sebagai peternak.
Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/ bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia melakukan pertanian intensif. Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan kebijakan yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagai intensifikasi. Karena pertanian industri selalu menerapkan pertanian intensif, keduanya sering kali disamakan.
Sisi pertanian industrial yang memperhatikan lingkungannya adalah pertanian berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan, dikenal juga dengan variasinya seperti pertanian organik atau permakultur, memasukkan aspek kelestarian daya dukung lahan maupun lingkungan dan pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam perhitungan efisiensinya. Akibatnya, pertanian berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang lebih rendah daripada pertanian industrial.
Pertanian modern masa kini biasanya menerapkan sebagian komponen dari kedua kutub "ideologi" pertanian yang disebutkan di atas. Selain keduanya, dikenal pula bentuk pertanian ekstensif (pertanian masukan rendah) yang dalam bentuk paling ekstrem dan tradisional akan berbentuk pertanian subsisten, yaitu hanya dilakukan tanpa motif bisnis dan semata hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau komunitasnya.
Sebagai suatu usaha, pertanian memiliki dua ciri penting: selalu melibatkan barang dalam volume besar dan proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponik) telah dapat mengurangi ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.
Dataran rendah adalah wilayah datar yang memiliki ketinggian  0 – 500 m diatas permukaan laut (dpl). Pada peta, dataran rendah biasanya digambarkan dengan warna hijau. Dataran rendah banyak dimanfaatkan untuk pemukiman, industri dan pertanian. Manfaat dataran rendah sebagian besar untuk lahan pertanian tanaman pangan dan perkebunan kelapa, padi, palawija, kakao, karet, pala, tebu dan lain-lain. Suhu udara di dataran rendah, khususnya untuk wilayah Indonesia berkisar antara 23 derajat Celsius sampai dengan 28 derajat Celsius sepanjang tahun.
Dataran Tinggi adalah dataran yang luas yang letaknya di daerah tinggi atau pegunungan. terletak di ketinggain 500 – 1.500m dpl, bentuknya bisa datar, bergelombang, maupun berbukit-bukit. Dataran tinggi disebut juga plateau atau plato. Pada peta, dataran tinggi biasanya digambarkan dengan warna coklat. Contoh dataran tinggi di Papua adalah Dataran Tinggi Jayawijaya, Dataran Tinggi Charles Louis, Dataran Tinggi Pegunungan Arfak. Dataran tinggi sangat cocok untuk  pertanian, perkebunan, peternakan, dan pariwisata. Tanaman yang cocok untuk perkebunan antara lain teh, kopi, sayuran, buah-buahan, bunga dan kina.
Potensi pariwisata dataran tinggi, sama halnya dengan daerah pantai atau perkotaan, dataran tinggi memiliki potensi wisata yang tak kalah baik bahkan bisa dikatakan lebih unggul, ini karena pada dataran tinggi kita akan menemukan hal yang jauh berbeda dibandingkan dengan kebanyakan orang yang hidup di dataran rendah. Diantara potensi wisata tersebut antara lain adalah perbedaan suasana dan tantangan, kebudayaan, ketenangan juga keasrian alam yang masih terjaga.

Kondisi Yang Diharapkan


Pembangunan untuk mengubah taraf hidup masyarakat mutlak dilaksanakan dan membutuhkan keputusan yang tepat jika sewaktu-waktu terjadi perubahan yang tidak diduga sebelumnya. Faktor kepemimpinan dan pemimpin merupakan unsur terpenting sebagai penyelenggara pemerintahan agar berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Hal ini penting sebab apabila pemerintah daerah mampu memotivasi dan membina berbagai potensi masyarakat akan menjadi bukti keberhasilan pelaksanaan perubahan yang telah diputuskan. Kemampuan menggerakkan masyarakat adalah persoalan seni kepemimpinan dimana terdapat sekelompok orang yang disebut sebagai pemimpin dengan daya yang dimilikinya, membangkitkan gerak langkah pengikutnya yang beraneka ragam sifat, kepentingan, dan watak menjadi gerak yang terpadu dengan daya kekuatan yang berlipat laksana sebuah simfoni yang megah dan menggetarkan jiwa.

Permasalahan Yang Dihadapi

  • Banyak hasil pertanian dan perkebunan tidak dapat dipasarkan ke ibukota kabupaten karena kesulitan transportasi sehingga masyarakat kehilangan kesempatan untuk memperoleh dana untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
  • Tingkat keikutsertaan masyarakat terhadap rencana perubahan dari pihak pemda kurang karena pegawai pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) belum sepenuhnya memahami kehidupan dan kesulitan yang dihadapi masyarakat sehingga banyak program yang tidak maksimal hasilnya.
  • Banyak program telah dibuat namun dampaknya tidak maksimal karena dalam perencanaannya tidak memanfaatkan peta wilayah sebagai acuan sehingga program yang dibuat tidak tepat sasaran, tepat waktu, tepat guna, dan bermanfaat bagi masyarakat.
  • Semangat kerja, sikap saling menghormati dan menghargai mengalami penurunan karena budaya atau adat semakin kurang diminati dan tidak dihormati lagi sehingga masyarakat kurang cepat menerima perubahan.

Langkah-langkah Perubahan

  • Perencanaan dan pembangunan konektivitas wilayah melalui transportasi jalan dan pelabuhan udara perlu mendapat perhatian khusus untuk memperlancar pemasaran hasil pertanian dan perkebunan.
  • Menggerakkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk membina dan mendampingi masyarakat yang berada di kampung. Secara periodik SKPD mengadakan pertemuan, memberikan pemahaman tentang kehidupan yang baik melalui motivasi dan dorongan moril sehingga mempengaruhi pola sikap dan tindak dari yang pasif menjadi aktif, dari yang lemah menjadi kuat, yang pada gilirannya terjadi peningkatan keikutsertaan masyarakat dalam mensukseskan program-program pembangunan yang digalakkan pemerintah daerah.
  • Melatih dan membiasakan setiap pegawai untuk bekerja berdasarkan peta wilayah, agar setiap perencanaan program yang dilaksanakan dimulai dengan pengenalan wilayah untuk mengetahui potensi yang dimiliki, kebiasaan hidup masyarakat, dan tingkat kesulitan yang dihadapi sehingga perencanaan dapat lebih tepat sasaran, tepat waktu, tepat guna, dan bermanfaat bagi masyarakat.
  • Festival budaya dilaksanakan untuk menampilkan karya seni (seni tari, suara, ukir, pahatdan anyaman). Festival budaya juga sarana untuk meningkatkan ikatan kekerabatan, memecahkan masalah-masalah sosial dan nilai rasa percaya diri masyarakat, pada gilirannya masyarakat akan lebih mudah menerima perubahan.

Penutup

Pulau Papua sekitar 80% hutan, tersimpan beraneka ragam potensi pertanian dan kehutanan yang sangat kaya berasal dari keanekaragaman hayati, namun pemanfaatan keanekaragaman hayati berupa tumbuhan, belum dikembangkan, dilakukan penjelajahan dan penelitian lebih lanjut.
Untuk meningkatkan pembangunan ekonomi pertanian dan perkebunan harus ada kesiapan masyarakat dan pemerintah daerah menyambut perubahan yang terjadi terutama teknologi maju. Teknologi penting untuk mendorong pendapatan ekonomi masyarakat pertanian dan perkebunan yang selama ini ditekuni dengan cara-cara yang lama dan tradisional yang banyak menghabiskan waktu dan tenaga namun pendapatannya kecil. Bila beralih kepada teknologi maka waktu dan tenaga yang digunakan sedikit tetapi pendapatannya lebih besar.

Terbit: Bintang Papua, 13 Oktober 2014, Hal 1 dan 2.

Referensi

Mamboai, H. (2014). Pembangunan Pertanian di Papua Barat. [WWW Document, URL http://inspirasibangsa.com/pembangunan-pertanian-di-papua-barat/, diakses pada 22 September 2014]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar